Friday, July 25, 2014

Lebaran


Ya, lebaran sebentar lagi, kali ini memang benar-benar sebentar lagi. Nggak kayak iklan layanan chatting yang ada Afgan, Giring sama Andien, baru seminggu puasa udah bilang lebaran sebentar lagi.

Ada sesuatu yang cukup meresahkan, menggelisahkan, apa ya? Atau mungkin saya yang berlebihan.
Gini lho, lebaran itu kan konon katanya adalah hari kemenangan, nah kemenangan itu ada setelah perjuangan. Ini masalahnya, perjuangannya apa? Menahan lapar dan haus? menurut saya tidak perlu lebaran untuk bisa mendapatkan kemenangan dari lapar dan dahaga. Karena setiap hari juga kita buka puasa toh?

Tapi ada lagi, menahan diri dari nafsu, itu yang sulit, terumata nafsu amarah. Katanya, jin dan setan itu dibelenggu ketika blan puasa, tapi menurut saya sih yang dibelengunya cuma jin kelas bawah, kelas lapar dan dahaga. Buktinya, walaupun puasa banyak orang yang marah-marah, apalagi di jalan pas mau buka puasa, pasti ribut sama klakson, ngejar buka di rumah,padahal udah adzan isya. JAdi sebetulnya jin kelas atas itu tidak berhasil dibelenggu karena keburu nyamar jadi manusia.

Yang membuat miris itu sebetulnya begini. Orang puasa teriak-teriak "Hei hargai orang yang berpuasa!" atau "Tutup warungnya, ada orang puasa!"
Hei, puasa atau tidak itu kan hak semua orang, maksudnya, iya memang puasa di bulan ramadhan itu kewajiban, tapi kan yang nggak puasa juga boleh. Misalkan yang sakit, lagi dapet, hamil, atau memang non muslim.

Bisa disebut perjuangan itu kalo ada rintangan, kita itu menhana godaan, bukan menghilangkan godaan. Jadi kalo ada orang makan di depan kita, ya biarin aja, nggak usah dimarahin dengan dalih kita lagi puasa da dia harus menghormati kita. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kita bisa nahan godaan untuk ikut makan? Disitulah kita diuji
Apa artinya perjuangan tanpa rintangan? Kalo gitu mah sama aja kayak kita ujian tapi nggak pake soal. Tingggal nulis nama doang, dimana nilainya?
Semakin sulit ujiannya maka semakin tinggi nilainya, semakin besar godaannya maka semakin besar pula pahalanya. Sederhana kan?

Pertanyaannya, kita mau nggak naik pang atau naik kelas? Menurut saya, orang puasa tapi melarang orang makan di depannya itu sama kayak orang mau dapet gaji tapi nggak mau kerja.

Kita teriak-teriak minta dihargai, tapi kita belum menghargai orang lain. Misalkan, yang gampang aja, kita pake jalan buat shalat ied, ada mobil lewat, kita bilangnya "Dasar brengsek, nggak tahu ini kita lagi mau shalat ied?"
Tapi di kesempatan lain, jalan padat karena dipake parkir gereja, kita bilang "Ah menuhin jalan aja!" dimana penghargaan kita?
Kita sibuk minta penghargaan, tapi pada saat kaum kristiani natalan, kita malah ribut menghalalkan, mengharamkan ucapan natal dan saling mengkafirkan, maksudnya ya udahlah kalo mau ngucapin yaa ucapin aja, kalo nggak mau ya diem aja, selesai kan?
Oke skip, pembahasannya bisa panjang kalo ngomongin itu.

Kita kembal lagi ke masalah lebaran dan kemenangan.
Dengan gejala penghargaan itu, saya jadi bertanya-tanya. yang akan mendapat berkah itu siapa ya? Ynag puasa? Atau malah yang nggak puasa? Mengingat mereka yang tidak puasa ternyata lebih susah payah untuk makan dengan sembunyi-sembunyi, dan menghargai yang puasa.

Ini tentunya tidak mengeneralisir apa-apa, saya tahu tidak semua yang berpuasa seperti itu, pun sebaliknya, tidak semua yang tidak berpuasa seperti itu juga.
Kembali lagi ini adalah sebuah ocehan dari seorang pemuda tampan yang sok tahu,
itu saja


No comments:

Post a Comment