Friday, March 21, 2014

2014



Sebelumnya ingin mengingatkan bahwa saya adalah seorang pemuda tampan dan sok tau, jadi nggak usah serius banget. Mari kita bicara sesuatu. Mari kita bicara sedikit serius, sedikit aja, jangan banyak-banyak, nanti tumpah.

April adalah bulan pemilu, tanggal 9 kita akan melaksanakan pemilu. artinya memilih wakil rakyat, dan pemilu juga berfungsi untuk memilih presiden. Padahal, kenapa harus memilih ya? Kan kata Iwan Fals, lelaki itu bukan untuk dipilih. Mungkin mereka bukan fans Iwan Fals, mungkin juga mereka akan bertanya diapa dia. Yang saya sukai dari pemilu tahun ini adalah pemilu akan dilaksanakan pada tanggal 9 April, dan yang disukai dari tanggal 9april adalah hari rabu, yang artinya ketika pemilu ini dilaksanakan maka kita akan libur! *kali libur

Cuma bukan itu yang mau dibicarakan, tapi mau nanya nanti mau pilih siapa?
Ini jadi menarik karena capres yang maju adalah seseorang yang masih menjabat sebagai Gubernur, siapa lagi kalo bukan Jokowi? Sementara sisanya adalah capres yang melakukan pencitraan melalui iklan sejak bertahun-tahun yang lalu, yang mungkin tetap tidak berhasil, karena track record mereka yang tidak terlalu baik
 2014 dipenuhi oleh pengkhianat bangsa. salah satu capres adalah seorang jenderal yang perjalanannya diwarnai kasus kelam berkaitan dengan HAM. Yang satu lagi juga orang lama, yang satu lagi ikutan jadi capres adalah seorang mentri yang sedang menjabat, lalu ada lagi pengusaha yang memusnahkan satu desa (atau kota?) dia ini macam Majin Buu aja yang ada di Dragon Ball. Dan satunya tentunya sang gubernur.

Kenapa saya bilang 2014 dipenuhi oleh pengkhianat bangsa? Karena menurut pendapat saya, pejabat yang masih dalam masa tugas lalu mencalonkan diri jadi presiden adalah pengkhianat, karena untuk kampanye mereka mengajukan cuti, artinya mereka nggak ngurusin rakyat. Jadi, apa pantas mereka dipilih?

Bagaimana saya bisa percaya mereka akan ngurusin rakyat kalo mereka memilih cuti untuk jadi jurkam atau capres? Bagaimana bisa percaya orang bisa ngurus negara sementara ngurus perusahaannya saja nggak bisa?
Bagaimana saya bisa percaya kepada orang yang hanya minta maaf terhadap apa yang dilakukan anak buahnya di masa lalu?
Saya pun tidak respek dengan pemerintahan sekarang, tapi bagaimana saya bisa percaya berita di media, ketika pemilik medianya ikutan mencalonkan diri sebagai preiden?

Jokowi adalah seorang Gubernur, Gubernur membuat kebijakan, dia ngurusin semua warga, sementara partai ngurusin dirinya sendiri. Tapi ketua partai seenaknya nyuruh seorang gubernur mencalonan diri jadi presiden. ini kan aneh, pemimpin provinsi, pembuat kebijakan kok bisa disuruh-suruh sama partai? Ini yang pemerintah siapa? Pantas aja kalo negara nggak maju, sistemnya aja model begini. Terus gimana saya bisa percaya sama dia?

Dan sontak media ramai membicarakan soal ini, media sosial riuh dengan berbgai peperangan antata pendukung dan pembenci, beragam teori konspirasi bermunculan. Saya pun tidak lagi respect kepda belau, bukan karena dia boneka atau gila jabatan, tapi pengkhianat bangsa.

Lalu bermunculan pernyataan bahkan petisi ajakan golput. Apakah saya akan golput? Tidak! Kenapa? Karena kalo saya nggak nyoblos, berarti ada satu surat suara nganggur dan bisa digunakan untuk kepentingan kandidat tertentu, enak aja, mending saya rusak aja surat suaranya biar nggak sah.
Tapi saya akan memilih, pilih siapa? Ini sulit, ini adalah masalah memilih yang terbaik dari yang buruk, pilihan sulit. Saya akan memilih sang gubernur, sulit memang, seperti menjilat ludah sendiri, tapi dibanding harus memilih orang orde baru atau pengusaha demolition man, saya pilih gubernur. kecuali kalo hasil konvensi memunculkan nama yang sesuai harapan.

Bagaimana dengan caleg lain? Sederhana, nggak ada yang kenal, jadi kemungkinannya ada 2, pilih artis, karena nggak semua artis nggak bisa kerj, tapi bukan berarti saya akan memilih model majalah dewasa juga, apalagi pemilik tas puluhan juta. Atau rusak lagi surat suaranya

Semua keriuhan ini saya tidak pahami. Karena sebenarnya seserhana, kendali ada di tangan kita. Kalo nggak suka nonton yks tinggal ganti channel, selesai urusan. Nggak suka sama capres tertentu, ya jangan dipilih. Simple kan? Pemberitaan berlebihan, hanya akan menaikkan publisitas secara gratis, walaupun tidak menaikkan elektabilitas juga *asik

Tapiiiii, ini hanya opini, tulisan (ketikan di atas) masih berantakan. Pencerahan akan selalu dicari.
Semakin berkembang jaman, manusia semakin cerdas, harusnya sih…