Kesehatan menjadi masalah yang pelik
yang dihadapi oleh seluruh umat manusia di seluruh permukaan bumi. Karena memang
ini adalah urusan yang rumit. Kesehatan menjadi dasar dari kehidupan manusia,
karena kalau kita tidak sehat, kangankan bekerja, berkarya, atau memimpin
negara, bangun aja susah! Gimana caranya mau berkarya kalau bangun saja sulit? Gimana
mau bekerja kalau napas aja senin-kamis? Gimana mau memimpin negara kalau nggak
ada yang milih?
Oke itu beda konteks ya.
Kesehatan itu dasar kehidupan
manusia, tapi sering dilupakan? Kenapa? Terutama di Indonesia, tingkat
spiritualitasnya tinggi. Umur di tangan Tuhan, sehingga kalau belum waktunya
pasti belum mati. Kalaupun sakit, itu hadiah agar kita istirahat.
Rumit ya? Tapi walaupun begitu, bukan
berarti semua orang itu abai tentang kesehatan. Banyak orang yang peduli
tentang Kesehatan, ingin sehat, tapi aksesnya tidak ada. Ada beberapa bagian di
negara ini dimana fasilitas kesehatan bertebaran dimana-mana, tapi ada juga
beberapa bagian di negara ini dimana fasilitas kesehatannya memang tidak ada,
jadi banyak masyarakat yang kesehatannya terganggu karena memang tidak ada
akses informasi kesehatan. Hal inilah yang menggugah hati seorang pemuda
bernama Dani Ferdian.
Memang soal kesehatan ini adalah
ranahnya pemerintah, ini adalah kewajiban pemerintah untuk membuat warga
negaranya sehat. Kesehatan juga adalah salah satu issue yang dibawa oleh para
capres atau calon kepala daerah lain saat kampanye. Pas kampanye doang tapi,
pas udah jadi sih… tetap jadi program negara. Uhuy!
Tapi inilah bedanya seorang pemuda
bernama Dani Ferdian dengan orang lain. Dia menyadari bahwa pemerintah tidak
mugnkin menyelesaikan masalah ini sendiri. Maka ketika dia masih menjadi mahasiswa
kedokteran, dia melihat besarnya potensi yang dimiliki oleh para mahasiswa
kedokteran, dan dia juga melihat sepinya aktivitas sosial di sekitar lingkungan
kampus terutama kurangnya terlayani fasilitas Kesehatan.
Dia melihat bahwa pengabdian langsung
kepada masyarakat masih sangat minim. Hal ini mendorongnya untuk membuat
perubahan. Tapi gimana caranya? Dia kan waktu itu masih menjadi seorang
mahasiswa, bukan bagian dari pemerintah yang memang punya wewenang dan punya
sumber daya yang bisa dibiang tidak terbatas.
Maka apa yang dia lakukan? Dia kemudian
menggagas sebuah gerakan bernama Volunteer Doctors (Vol D), Sekolah Nurani
Tenaga Kesehatan. Namanya memang sekolah, tapi anak didiknya bukan anak-anak
yang kurang mampu seperti layaknya sekolah lain. Tapi yang menjadi “murid” di sekolah
ini adalah tenaga kesehatan, dan yang dibangun adalah karakter para calon
dokter dan tenaga kesehatan.
Dani kemudian menggembleng mahasiswa
untuk mendapatkan berbagai program pembinaan lewat diklat materi. Kenapa dia melakukan
ini? Supaya ketika para mahasiswa ini suatu saat nanti lulus dari kuliah dan
menjadi bagian dari masyarakat, menempati posisi strategis dengan keahlian
masing-masing, maka mereka bukan hanya bekerja untuk dirinya sendiri, tapi juga
memberikan perubahan besar dan berdampak kepada masyarakat yang ada di
sekitarnya.
Lalu apa saja kegiatan Vol D ini?
Sebagai mahasiswa
kedokteran, tentunya pelayanan yang diberikan tentu saja seputar Kesehatan walaupun
masih seputar layanan Kesehatan dasar. Misalnya, pengukuran tekanan darah, gula
darah, kolesterol dan sebagainya. Setelah itu dibarengi dengan edukasi tentang pola
makan sehat dan gaya hidup sehat. Kalau ternyata ditemukan kejadian yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut, mereka akan merujuk ke layanan Kesehatan seperti
puskesmas atau rumah sakit.
Memang layanan yang dilakukan
termasuk layanan standar dan dasar. Memang bisa dimaklumi, karena kan gerakan
Vol D ini dilakukan oleh mahasiswa kedokteran yang belum jadi dokter, jadi belum
punya kewenangan untuk menangani penyakit, karena belum jadi dokter dan belum punya
izin. Tapi kayaknya kalo pilek sama masuk angin doang sih kayaknya mereka bisa ngerokin.
Gerakan ini dimulai di Jawa Barat,
dan sekarang berkembang ke beberapa daerah di Indonesia. Misalnya Jogjakarta
atau Sulawesi Selatan, setiap daerah memiliki otoritas masing-masing terhadap
kegiatannya, tapi tetap basicnya adalah soal pengabdian langsung kepada
masyarakat. Dan dengan semakin berkembangnya gerakan ini, sekarang bukan hanya
dokter atau tenaga kesehatan yang tergabung di dalamnya, tapi juga kesehatan.
Non Kesehatan itu maksudnya bukan
orang non sehat alias sakit bergabung di sini ya. Maksudnya yang tergabung di
sini datang dari bidang lain di luar Kesehatan, misalnya kayak Teknik Sipil, Ilmu
Sosial gitu.
Tadi sempat disebutkan soal Pendidikan
karakter tenaga Kesehatan. Apa maksudnya? Gini…
Mahasiswa kedokteran itu sering
dianggap eksklusif dan kurang peka terhadap lingkungan sosial di sekitarnya,
mungkin ini disebabkan oleh banyaknya tugas dan ujian yang rumit. Nah dengan
adanya gerakan ini, maka si mahasiswa yang ruwet ini akan bertemu dengan
masyarakat, ngobrol, mendengar celotehan masyarakat, sehingga mereka jadi lebih
peka. Jadi bisa dibilang gerakan ini bukan hanya sekedar gerakan, tapi juga jadi
semacam laboratorium untuk melatih empati, kepekaan sosial dan semangat
kerelawanan.
Karena gerakan ini adalah gerakan yang
positif dan berdampak kepada masyarakat, maka Dani diganjar penghargaan. Diantaranya,
ASEAN Youth Award, Pemuda Pelopor Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional dari Kementrian
Pemuda dan Olahraga, SATU Indonesia Award dari PT Astra International Tbk.
Tapi saya yakin bahwa penghargaan ini
bukan sesuatu yang diincar oleh Dani, tapi ini adalah bonus semata. Tujuan utamanya
tentunya adalah berguna bagi masyarakat, itulah penghargaan yang sejati bagi orang-orang
seperti Dani.
No comments:
Post a Comment