Saturday, July 25, 2015

Menjelajah waktu dengan LangitMusik, Karena Menjelajah Hutan Sudah Sama Dora

Saya bareng temen-temen SMA, ada yang bisa nebak saya yang mana?


Saya suka nonton acara talk show, karena nggak ada lagi tontonan. Masa mau nonton sinetron? Kadang acara talk show itu membuat saya, seorang alay angkatan perintis merasa bisa lebih dekat dengan bintang tamu yang diundang.

Dalam acara talk show, suka ada segmen kejutan. Dimana si bintang tamu dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang dekat dengan kehidupannya, atau seseorang yang pernah berperan besar dalam kehidupannya. Misalkan, ada bintang tamu namanya Dian Saswi, lalu datanglah seorang sahabat bernama Lili Surili yang sudah tidak bertemu selama empat belas kali pergantian presiden.

Lalu mereka bercerita tentang masa lalu, tentang kekokonyolan dan tentang "aib" yang mereka alami dahulu, lalu tertawa bersama, guling-guling, manjat neon, dan makan beling bersama.

Beberapa kali melihat segmen itu, saya jadi iri. Iri kenapa? Saya iri, kenapa saya nggak jadi artis? Padahal wajah biasa, skill nggak ada, modal apa yang nggak bisa saya pakai untuk jadi artis? Apa? Apaa?? Apaaa???!!!

Oke, fokus.
Ehem.

Kalau dipikir-pikir, saya memang nggak punya sahabat. Tapi bukan berarti saya anti sosial, atau sekolah di dasar lautan sama Nemo. Saya punya teman kok, kayaknya...

Maksudnya gini lho, kalau menyebut sahabat, yang saya pikirkan adalah seserang yang sudah bersama dengan kita, menjadi bagian hidup kita selama bertahun-tahun. Walaupun sudah berbeda lingkungan, beda sekolah, beda pekerjaan, dan sebagainya. Tapi masih selalu kontak, selalu bertemu, dan selalu yang lainnya.

Nah, saya nggak punya sahabat dengan tipe seperti itu, yang saya punya adalah teman saja, di SD teman saya yang ini, di SMP beda lagi, Di SMA lain lagi, di Kuliah saya nggak punya teman, karena saya nggak kuliah.

Dan saya ketika berpisah dengan mereka, maka kami tidak ada kontak lagi. Walaupun media sosial sudah banyak, dan saya memang menemukan teman pada masa-masa itu, tapi kami sudah sibuk masing-masing.

Ketika seseorang memiliki sahabat, maka dia bisa bertemu dan membicarakan banyak hal. Bahkan ketika mereka nggak ada bahan obrolan pun mereka bisa membahas masa lalu mereka, dan dengan seketika mereka akan nyambung karena memang mengalaminya bersama.

Lha saya gimana? Saya nggak punya sahabat, saya mau ngobrol sama siapa? Hanya pikiran saya saja yang merekam sejarah kehidupan saya. Itupun kapasitas memorinya nggak seberapa, hanya beberapa hal kecil yang saya ingat. Misalkan, waktu SD saya pakai baju putih-merah, SMP pakai baju putih-biru, SMA pakai putih-abu, kuliah saya nggak pakai baju, kan nggak kuliah.

Lalu di media sosial, heboh mengenang masa-masa keemasan tahun 90an, ya saya sebagai salah satu generasi emas masa tersebut, merasa terpanggil untuk menggali memori. Salah satunya adalah melalui musik. Dan tahun 90an itu adalah masa keemasan industri musik di negara ini. banyak musisi dan musik berkualitas. Dibandingkan dengan sekarang, menurut saya lho yaaaa.

Salah satu musisi yang cukup femeess waktu itu dan masih eksis sampai sekarang adalah Sheila On Seven, atau SO7. Dan saya pun segera memutar lagu-lagu mereka untuk membantu saya mengingat dan memutar kembali sejarah kehidupan masa lalu saya dan teman-teman saya. Tapi ternyata stok lagu mereka terbatas. Lagi-lagi memori saya terhambat.

Lalu datanglah LangitMusik!! Jreng! Jreeeng!!!

Saya instal aplikasinya, dan ternyata dapet buanyaaaak bangeeeet kenangan, eh, lagu maksudnya XD Nih, saya bagi ke kamu. Yang dibagiin tentang aplikasi LangitMusiknya ya, bukan kenangan saya *egimana?

Pas dibuka, udah disodorin segini banyak pilihan:




FIND
Kita ngobrolin soal menu Find ya. Ini tempat kita bisa nyari lagu-lagu favorit. Jangan khawatir enggak ketemu, soalnya ada 2 juta lagu di katalognya. Kalau saya sih langsung nyari lagu Sheila On 7, yes!




MY STREAM
Kalau kamu orangnya bingungan, kamu loh ya, bukan saya. Buka menu My Stream aja, soalnya LangitMusik bakalan ngereferensiin lagu yang cocok buat kita.


CATALOG
Masih tetep galau mau dengerin lagu apa? Buka deh catalog-nya. Ada banyak genre musik, banyak pilihan negara, tapi kalau saya meskipun banyak pilihan tetep paling ganteng.



SOCIAL PLAYLIST
Di menu ini, kamu bisa liat playlist orang dan share playlist sendiri. Saya sih orangnya enggak narsis, tapi saya baik hati dan ganteng, jadi saya yang pengertian ini suka aja share playlist di menu Social Playlist. Kamu bisa ngintip banyak playlist temen-temen di sana, mau dicontek boleh, asal jangan plagiat ya. *apaini*



KARAOKE
Waini nih menu paling kece yang seriiiiing saya buka, termasuk di kamar mandi. LangitMusik Karaoke. Di sini kita bisa nyanyi-nyanyi sebebas dan sepuas hati. Kalau saya kan enggak narsis, jadi nyanyinya di kamar mandi aja, kalau di luaran takutnya Justin Bieber ngerasa kesaingin.



Dan pada akhirnya, walaupun tidak punya sahabat yang bisa saya ajak bicara tentang masa lalu, saya tetap merasa senang, toh saya masih bisa bermain-main dengan imajinasi saya. Konyol memang senyum-senyum sendiri sambil setel lagu, tapi kan masa lalu memang konyol. Dan yang terpenting, walaupun saya tidak punya sahabat, saya masih bisa karaokean dengan bebas, tanpa ada yang protes mengenai kualitas suara saya.

Uh Yeaaaaaaaaa!!!!

Kompetisi Langit Musik

Wednesday, July 22, 2015

Ay... angu...


"Ay... angu..."

Bocah berumur dua tahun empat bulan bangunin gue tadi maghrib. Gue yang mungkin kelelahan abis beraktifitas seharian terbangun. Maklum, lagi puasa, energi serasa terkuras dua kali lipat. ngliat jam udah waktunya buka.

"Ay... agiib..."

Kata bocah itu lagi, kali ini nyuruh gue sholat maghrib dulu. Gue pun sholat, dia ngikutin di belakang, walaupun masih random gerakannya, hahaha.

"Ay... angu..."

Jam lima kurang seperempat bocah itu kedengeran lagi, gue kaget dan terbangun. Dia tidur, ngigau. waktu terus berjalan tanpa nungguin gue. Gue liat muka bocah itu, cantik. Umurnya udah hampir dua setengah tahun, tapi udah pinter. Tapi apalah artinya pinter tanpa mental dan perilaku yang baik. Gue sebagai bapaknya harus mendidik dia buat siap menghadapi masa depan. Tapi katanya anak zaman sekarang beda, nggak bisa dibilangin, harus dikasih contoh. Kalo gue mau dia sholehah, gue harus sholeh duluan. Ini kali ya yang disebut hidayah?

Gue udah bukan bujangan, gue udah jadi bapak, orangtua. Apapun yang gue omongin dan buat, pasti akan ditiru sama anak gue. Gue udah nggak bisa lagi hidup seenaknya, harus mulai jaga omongan dan kelakuan dari sekarang. dia udah mulai tahu kalo sebelum makan sama sebelum tidur harus berdoa. Mau nggak mau gue juga harus mulai ngapalin lagi doa-doa, surat-surat pendek, dan mulai sholat lagi. Gimana ceritanya gue nyuruh sholat, tapi guenya nggak sholat. Ah ini bocah cepet amat pinternya, bikin gue kewalahan

Brrr... dingin banget ini air...!!

"Ay... angu..."

Iya, bawel, ini juga udah bangun, mau subuh dulu...!

"Iya..."

Dih, dia jawab!



Monday, July 20, 2015

SUCI 5, Antara SUCI dan 5 *ehgimana?





Masalah stand up comedy ini terus terang saya bukan termasuk orang yang sangat menggemari, menggemari sih, tapi banget-banget gitu deh. Mengikuti tapi nggak terlalu hafal siapa aja comic yang ada di Indonesia.

Saya nggak nonton kompetisi ini dari pas awal season satu, saya nontonnya pas acaranya tayang, kalo nggak tayang kan saya nggak bisa nonton.

Saya di sini akan membahas secara global aja, nggak akan terlalu rinci. Karena udah lupa bagaimana penampilan mereka satu persatu, hehehe.

SUCI ini sudah lima season, yang dalam harapan saya, makin ke sini, bobotnya semakin bertambah, kualifikasi yang diperlukan pun harusnya semakin tinggi, dan duel harusnya akan semakin seru. Terbukti dari proses audisi, kalo nggak salah SUCI 5 ini adalah audisi pertama yang bisa dibuka untuk umum. Jadi selain harus memuaskan juri, juga harus memuaskan penonton. Dibandingkan dengan audisi sebelumnya, jelas yang ini berat!
Dan ternyata beberapa finalis SUCI 5 ini sudah punya nama, alias sudah dikenal, atau, mungkin, sudah profesional. Kenapa? Karena beberapa dari mereka sudah sering tampil di acara Stand up SUPER Kompas atau Stand Up Comedy Show Metro TV

Eh, boleh nyebut Metro TV nggak? Kalo nggak boleh, nanti saya sensor...

Comic yang saya maksud dengan pro contohnya ada, Barry, Heri Hore, Indra, Dicky, Dani, Rachman, Afif, Tomy Babap.
Heri Hore setahu saya sering tampil di acara Stand Up Comedy Show di Metr* TV (tuh, udah disensor), begitupun juga dengan Barry, bahkan kalau saya tidak salah, Barry adalah salah satu pengisi dalam acara show special Ernest Prakasa and The Oriental Bandit yang diadakan sekitar imlek.
Indra, Dicky, Tomy Babap, saya tahu dari Liga Komunitas Stand up.
Dani yang saya tahu dia pernah ikutan audisi season 4 tapi tidak lolos, tapi dia sempat tampil di grand final season 4.
Rachman yang saya tahu sempat ikutan si season 4 tapi tidak loos, lalu dia tampil beberapa kali di Metr*
Sisanya bukan berarti tidak terkenal, tapi saya yang nggak tahu siapa mereka, hehehe.

Melihat deretan nama-nama di atas, pastinya yang kebayang adalah serunya pertempuran. Bakan di acara Sebelas Dua Belas yang dipandu Panji, salah satu finalis mengatakan bahwa kompetisi ini berlangsung lebih sulit dari yang sebelumnya, karena dari awal show, mereka akan diuji dengan berbagai macam teknik yang harus dibawakan.

Tebakan saya benar. Acara ini seru dari awal!!
Semenjak pre-show, para finalis menetapkan standar yang cukup tinggi. Ibaratnya sih dari sepuluh premis, mereka membuat tujuh punchline yang menggelegar, artinya, tiga kali kita akan ngakak, dan tujuh kali sisanya kita akan dibuat ngakagg!!

Masing-masing finalis membawa persona atau karakter sendiri-sendiri yang memang sudah terbentuk dan sudah kokoh dari awal, bukan dibentuk pada saat mereka sudah menjadi finalis. Ini yang bikin kompetisi season 5 menjadi semakin seru!!
Contohnya, Dicky dengan ngondeknya, Indra dengan absurdnya, Rahmet dengan energi STMnya, Rachman dengan cleaning servicenya, Dani dengan cacatnya, Rigen dengan marah-marahnya, Tomy dengan tomatnya, Afif dengan betawinya, Wira dengan sajaknya dan lain sebagainya.

Finalis ini memiliki keuntungan yang luar biasa menurut saya, karena dengan karakter yang sudah terbentuk dengan kuat tersebut, walaupun mereka sudah tidak berada di panggung kompetisi, mereka akan survive di panggung dunia *asik!

Kalau tidak percaya, silakan cari di youtube dan tontonlah aksi mereka dari awal sampai akhir. Materi yang mereka bawakan menjadi unik, walaupun memiliki tema yang sama.
Ditambah lagi, tidak hanya mereka ber-stand up comedy, mereka juga memainkan sketsa, yang juga memiliki kesulitan tersendiri, terlebih jika biasanya mereka ngelawak sendiri, terus tiba-tiba harus rame-rame, pasti banyak kesulitan yang dihadapi.
Kompetisi ini mengasyikkan sekaligus mengejutkan karena walaupun ada beberapa orang yang belum dikenal atau baru dikenal, katakanlah begitu, ternyata mampu memberikan perlawanan terhadap mereka yang sudah terkenal.
terbukti dari nama yang menjadi grand finalis. Rahmet, Indra, dan Rigen. Mereka masing-masing pernah meraih nilai tertinggi dalam kompetisi ini, bahkan bisa dikatakan Rahmet dan Indra adalah penguasa klasemen! Padahal mereka "baru" nongol malam itu, tapi bisa menyingkirkan nama-nama yang sudah dikenal.

Ini membuktikan satu hal. Walaupun banyak orang bilang, bahwa panggung di luar sana adalah panggung yang sesungguhnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Karena walaupun panggung kompetisi SUCI ni dibuat di dalam, bukan di luar, panggung ini memiliki bobot yang sangat berat.
Terbukti dari hasil penlaian, Sekali punchline nggak kemakan, tamat riwayat peserta, kekurangan atau kelebihan waktu sedikit saja bisa amsyong!

Ada yang menarik yang saya lihat, yaitu Feni Rose, kenapa menarik? Karena cantik, dibanding Om Indro atau Radtya Dika? Ya lebih menarik Feni lah! Hahaha. Bukan itu, bukan itu.

Yang menarik adalah, ada kesamaan antara SUCI 4 dan SUCI 5. Saya ambil umumnya aja ya.

Pertama.
Di season 4 dan season 5 sama-sama berderet nama-nama yang sudah dikenal, tapi kebanyakan nama-nama tersebut kandas di tengah jalan. Kalo di season 4 itu ada Yudha Keling, Beni, Liant, Sri Rahayu, dan Praz teguh. Yudha dan beni pernah tampil juga di Metr*, sementara Praz dan Sri kalo nggak salah mereka finalis kompetisi Street Comedy atau apa gitu, sementara Liant sama seperti Barry pernah jadi bagian dari specialnya Ernest Prakasa and The Oriental Bandit.
sementara untuk season 5 udah disebut tadi di atas ya.

Kedua.
Ada dua api dan satu air. Maksudnya gimana? Gini, kita ambil tiga besar.
SUCI 4 ada Dzawin, Abdur, dan David.
Dzawin mencuri perhatian lewat sudut pandang dia sebagai anak pesantren terhadap zaman sekarang, dengan punchline yang keren dan diksi yang rapi. Intelek kalo kata Om Indro.
Abdur mencuri perhatian lewat ketimurannya, dimana dia dengan berapi-api menyuarakan pendapatnya sebagai orang timur terhadap kesenjangan yang dilihatnya antara orang timur dengan orang yang ada di pulau Jawa.
David, dia lebih kalem, kurang lebih sama seperti Abdur dia membawa keresahannya sebagai orang Jakarta yang "terusir" di lingkungannya sendiri. Bedanya, kalau Abdur tidak bisa menikmati fasilitas karena tidak ada, David tidak bisa menikmati fasilitas padahal ada fasilitasnya.
SUCI 5 ada Rahmet, Indra, dan Rigen.
Rahmet khas anak STM dengan kadar emosi dan semangat tinggi. Dia punya energi yang luar biasa.
Indra memiliki kadar keabsurdan yang luar biasa, yang materinya hanya dia yang mengerti, tapi penonton bisa menikmati.
Rigen membawa karakter orang Bima yang suka marah-marah, nyebelin tapi lucu, dan secara fisik cocok membawa karakter tersebut.

Perhatikan.
Dzawin, Abdur, Rahmet, dan Indra adalah tipe peserta yang meledak-ledak, mereka adalah penguasa klasemen, Penampilannya selalu di puncak grafik.
David dan Rigen sebaliknya, tidak terlalu meledak secara rating ketawa, bahkan sempat merasakan nilai terendah dan posisi tidak aman, tapi memiliki penampilan paling stabil, bahkan grafiknya cenderung mengingkat dari minggu ke minggu.
Dan pemenangnya adalah?

Kompetisi memiliki beban yang sangat berat, walaupun banyak orang bilang, lupakan ini kompetisi, bersenang-senanglah, jangan jadikan beban, dan sebagainya. Tapi bagi mereka yang berpredikat finalis atau grand finalis, hal itu tidak mudah! Terbukti pada SUCI season 5 ini.

Rahmet sangat terlihat tegang, tidak santai, terbebani sehingga di penampilan awal grand final dia seolah kehilangan energi yang sebelumnya selalu dia perlihatkan.
Indra pun mengalami hal yang sama, beban yang dia pikul membuat timingnya berantakan. Padahal kata Radit, komedi yang diusung Indra adalah komedi yang sangat bergantung pada timing.
Rigen malah sebaliknya, sebenarnya penampilan dia di grand final sama seperti penampilan dia di show sebelumnya. Tapi karena dua orang finalis lain mengalami penurunan yang drastis, maka penampilan Rigen seolah melesat tinggi dibanding dua orang lainnya.

Kenapa bisa terjadi begitu? Menurut saya, jawabannya adalah MENTAL!

Di sini jelas, bahwa dalam kompetisi, tidak hanya dibutuhkan skill, tapi juga dibutuhkan mental yang kuat, dan Rigen memiliki mental tersebut sehingga dia bisa mengatasi beban dari predikat grand finalis. Mungkin karena dia yang paling tua dibanding dua orang lain, maka dia lebih matang. Masalahnya apakah dia matang di pohon atau matang di karbit?

Yang mengecewakan buat saya adalah Indra. Dia menyerah.
Dia merasa dia tidak mungkin menang melawan Rahmet dan Rigen, sehingga dia memutuskan untuk menjadi beda, dan unik, bukan menjadi hebat dan luar biasa. Ini sah saja sebenarnya, tapi sayangnya ini adalah sebuah KOMPETISI!

Sebuah kompetisi yang diperebutkan oleh ribuan orang, sebuah kompetisi yang bikin kepala Barbie gelindingan. Sebuah kompetisi bergengsi dimana banyak sekali orang memperebutkan posisi yang diduduki Indra saat itu. Dan dia melepaskan begitu saja. Buat saya ini tidak baik, seolah dia tidak menghargai kompetisi ini. Kalaupun dia tidak merasa bisa menang, ya sudah habis-habisanlah, keluar dari zona nyaman, bukan menyatakan diri dengan terang benderang akan menyerah.

Di sini pun mental berbicara, yang pada akhirnya menurut saya adalah penyebab dari keluarnya Rigen sebagai juara pertama.

Di akhir kompetisi disebutkan bahwa comic-comic ini adalah cerminan dari sebuah hal yang sering tidak dianggap penting oleh banyak orang. Yaitu proses!
Karen apa? Karena ternyata beberapa dari mereka pernah mengikuti audisi di season 4 tapi tidak lolos, lalu mengikuti lagi audisi season 5 dan lolos!

Saya tidak mengikuti siapa-siapa saja yang mengalami hal itu, tapi saya percaya selama rentang waktu antara SUCI 4 dan SUCI 5 ini, mereka masing-masing berlatih, menggali, dan menguji coba materi mereka dalam berbagai kesempatan open mic. Bahkan, saya yakin saat ini ada comic yang sedang menulis materi, melatih, menonton penampilan para comic finalis SUCI, menganalisa dan menyiapkan strategi untuk bisa merebut kesempatan menjadi juara di SUCI berikutnya.


Stand Up Comedy Indonesia, let's make laugh!!!





cemAcem








Sunday, July 12, 2015

Preman Pensiun dari kacamata saya yang bermata tapi tidak berkaca

Humanisasi? Apa itu humanisasi? Emang ada kata itu di kamus? Entahlah, cuma buat saya, kata yang berakhir dengan -isasi terdengar keren. Modernisasi, Mobilisasi, Kriminalisasi, sepiring nasi, dan lain sebagainya. Hehehe.

Preman Pensiun ini... KOCAK, serius! KOCAK!
Gimana nggak kocak? Ada orang gede, gondrong, sangar, yang kalo ditanya selalu menjawab dengan capslock "APA!" yang orangnya kayak gini

Tiba-tiba menjadi gini waktu ditelepon sama Kang Mus, atau sama istrinya!


 Atau kekocakkan duet maut antara Murat dan Pipit? Kekonyolan kelompok copet Ubed, Junaedi, Saep, Dewi? Gobang, Boim, Cecep? Dan karakter-karakter lainnya.

Daya tarik utama sinetron ini memang dari sisi komedinya yang cukup menonjol. Tapi jangan dilupakan ada sisi drama juga yang ditampilkan, sisi lain dari keseharian orang-orang yang berprofesi sebagai preman. Kerennya sih sisi manusiawi para preman.

Bahwa seperti KAng Bahar, yang begitu berkharisma dan disegani ternyata begitu menyayangi keluarganya. Tentang seorang Muslihat yang berjuang meningkatkan taraf hidup keluarganya, tentang Komar yang takut istri, dan sebagainya.

Saya akan langsung membahas mengenai ketertarikan utama saya terhadap sinetron ini. Tapi hanya beberapa poin saja yang menjadi ketertarikan saya.
Keunggulan sinetron ini ada pada komedi yang kuat, cerita yang padat, karakter dan dialog yang matang. Lalu apa yang dibahas?
Oh iya, saya bicaranya tentang keseluruhan ya, Preman Pensiun 1 dan preman pensiun 2, oke, lanjut.

Pertama.
Adalah tentang humanisasi yang tadi disebut di atas. Memanusiakan preman-preman ini.
Gini, kita tahu bahwa yang namanya preman adalah raja atau penguasa kecil sebuah daerah yang meraih kekuasaan dengan cara kekerasan. Tapi di sinetron ini, premanisme dibalut dengan apik dengan kemasan sebuah "bisnis" yang dirintis oleh Kang Bahar.
Uniknya, ketika seluruh lapisan masyarakat memandang premanisme ini sebagai sesuatu yang buruk, di sinetron ini premanisme adalah sesuatu yang "wajar" karena premanisme di sini adalah tidak lain dari sebuah badan usaha yang memilik sistem dan memilki kantor. Jadi segala macam alasan yang menurut masyarakat adalah alasan yang mengada-ada, dalam sinetron ini menjadi alasan yang memang wajar. Menjadi sebuah sebab yang memang muncul sebagai sebab-akibat dalam dunia bisnis. Ada pasar, ada produsen. Ada yang membutuhkan jasa, ada yang menyediakan jasa. Suply and demand.
Wajar, sangat wajar. Walaupun KAng Bahar sendiri sudah mengakui bahwa bisnis yang dibangun adalah bisnis yang bagus tapi bukan bisnis yang baik.

Kedua.
Dialog yang matang.
Ada satu dialog yang menjadi kunci poin pertama diatas. Saya nggak hafal dialognya, tapi kira-kira begini. Dialog ini terjadi antara Kang Mus dan Gobang di atas jembatan terminal.
"Tugas kita adalah membantu para sopir mendapatkan penumpang, membantu penumpang mendapat angkutan. Kalau ada orang tua atau perempuan yang membawa barang yang banyak, maka kita harus bantu. Setelah itu baru kita berhak mendapat imbalan."
atau dialog ntara Cecep dan Kang Mus ketika Cecep menagih iuran dan meminta tambahan untuk buka puasa. Lalu KAng Mus bilang.
"Kita hanya boleh menerima apa yang menjadi hak kita, jangan meminta lebih!"

Dialog Murat dan Dikdik.
"Para pedagang minta keringanan, katanya minta nagih iurannya sore karena dagangannya baru ramai sore hari."

Dialog Saep dan Putri beserta dua orang mantan anak buah Saep, mantan anak buah copetnya mennggalkan Saep lalu bertemu di suatu kesempatan.
Saya lupa, dialognya panjang. tapi ada yang catchy "Putri, soal saya mau sama kamu tapi kamu nggak mau sama saya itu hanya keinginan personal, tapi tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan kamu meninggalkan saya..."
Di sini dia bicara sangat logis dan jelas beda antara hubungan profesional dan hubungan personal. Hahahaha

Dan banyak lagi dialog-dialog lain yang matang.

Segala macam kelebihan akan dan sudah diutarakan oleh ribuan penggemar lainnya. Saya mau menyampaikan yang menuru saya justru kurang dalam sinetron ini.

Pertama.
Latar belakang.
Kita tahu bahwa seorang Bahar adalah preman yang disegani, tapi kita tahunya hanya dari cerita Kang Mus, hanya itu. tapi belum pernah memperlihatkan kedigdayaannnya sebagai orang yang disegani. Kalau dia terlihat begitu perkasa itu hanya di antara orang-orang yang dia kenal atau yang pernah punya urusan sama dia.
Tapi belum pernah saya lihat dia berurusan dengan orang yang tidak dia kenal dan orang asing tersebut terpengaruh oleh, entah gaya bicaranya, entah gesturenya, atau caranya memberikan solusi terhadap sebuah masalah.
Dan hal ini berlaku juga dengan Kang Mus. Dia hanya terlihat perkasa ketika berhadapan dengan Jamal.

Kedua.
Dialog.
Walaupun ada dialog yang matang dan gurih, tapi ada juga dialog yang menurut saya terlalu panjang.
Misalkan, misalkan aja ini mah ya.
"Kamu kenapa begitu?"
"BEgitu gimana?"
"Ya begitu itu."
"Jadi bingung."
"Bingung kenapa?"
"Begitu kenapa saya begitu?"
"Begitu gimana?"
Dan seterusnya...

Buat saya pribadi, dialog ini agak sia-sia, memang tidak semua dialog harus serius mengingat ini cerita komedi. tapi kalo kepanjangan macam gitu, maka momen komedinya jadi hilang, alih-alih lucu malah jadi dialog yang sia-sia.

Ketiga.
Flow, apa ya bahasa Indonesianya? Pokoknya begitulah ya.
Maksudnya begini.
Cerita ini kan cerita santai. Tapi ada juga bagian-bagian yang gawat. Ketika Jamal bikin masalah, ketika Bahar meninggal, dan sebagainya. Itu adalah bagian cerita yang gawatnya, bagian yang seriusnya. Nah, bagian yang santainya misalkan interaksi antara para preman dengan anggota keluarganya, atau cerita seputar kelompok copet.
Bagian ini menurut saya kurang terbagi rata sehingga mengakibatkan cerita ini agak "ngambang"

Keempat.
Stereotype.
Preman Pensiun ini adalah sebuah sinetron. Dan seperti sinetron lainnya, semua karakter terjebak ke dalam sebuah sumur yang dangkal.
Maksudnya begini.
Karakter yang ada di dalamnya, ya begitu-begitu aja, tidak manusiawi.
Kita ambil contoh Komar.
Dia galak, sangar, tapi takut istri, terus saja begitu. Tapi tidak dieksplorasi lagi kenapa dia bisa menjadi pemimpin di pasar, padahal dibanding Iwan, jelas Iwan lebih unggul, baik secara ukuran badan maupun kemampuan berkelahi. JAdi harusnya Komar memunculkan sesuatu yang lain yang membuat dia pantas memimpin pasar.
Kang Mus juga begitu, selalu tampak sempurna, tidak pernah keclongan. Mungkin kecoongan akan menurunkan wibawa Kang Mus, tapi bisa diakali dengan langkah antisipasi untuk menebus kecolongannya dia itu.

Tapi lepas dari segala macam kekurangan itu, Preman Pensiun tetap memikat dan mencuri perhatian sampai menumbuhkan harapan akan munculnya sinetron-sinetron yang baik seperti sinetron Preman pensiun ini.

Aktor-aktor yang muncul di sinetron ini pun cukup piawai dalam membawakan perannya, Baik itu Epi Kusnandar sampai aktor-aktris lain yang mungkin belum cukup terdengar. Kenapa? Karena walaupun kita ngakak guling-guling melihat atau mendengar dialog dari Kang Pipit. Percayalah, dia tidak selucu itu kalau bertemu langsung!

Dan yang menarik dari karakter di sini, mereka sebenarnya kaya semua! Nggak ada yang bbman atau smsan, mereka langsung telepon kalo ada apa-apa.

Ya ini mah hanya sekedar pandangan saja, cuma pendapat aja. Semoga bisa diterima, da saya mah apa atuh, cuma seorang pemuda tampan yang sok tahu.

Update, mungkin akan ada.
Sanggahan, diskusi, tambahan, dan bantahan, sangat bisa diterima.