Sebelumnya ingin mengingatkan bahwa saya adalah seorang
pemuda tampan dan sok tau, jadi nggak usah serius banget. Mari kita bicara
sesuatu. Mari kita bicara sedikit serius, sedikit aja, jangan banyak-banyak, nanti
tumpah.
April adalah bulan pemilu, tanggal 9 kita akan melaksanakan
pemilu. artinya memilih wakil rakyat, dan pemilu juga berfungsi untuk memilih
presiden. Padahal, kenapa harus memilih ya? Kan kata Iwan Fals, lelaki itu
bukan untuk dipilih. Mungkin mereka bukan fans Iwan Fals, mungkin juga mereka
akan bertanya diapa dia. Yang saya sukai dari pemilu tahun ini adalah pemilu
akan dilaksanakan pada tanggal 9 April, dan yang disukai dari tanggal 9april
adalah hari rabu, yang artinya ketika pemilu ini dilaksanakan maka kita akan
libur! *kali libur
Cuma bukan itu yang mau dibicarakan, tapi mau nanya nanti
mau pilih siapa?
Ini jadi menarik karena capres yang maju adalah seseorang
yang masih menjabat sebagai Gubernur, siapa lagi kalo bukan Jokowi? Sementara sisanya
adalah capres yang melakukan pencitraan melalui iklan sejak bertahun-tahun yang
lalu, yang mungkin tetap tidak berhasil, karena track record mereka yang tidak
terlalu baik
2014 dipenuhi oleh
pengkhianat bangsa. salah satu capres adalah seorang jenderal yang perjalanannya
diwarnai kasus kelam berkaitan dengan HAM. Yang satu lagi juga orang lama, yang
satu lagi ikutan jadi capres adalah seorang mentri yang sedang menjabat, lalu
ada lagi pengusaha yang memusnahkan satu desa (atau kota?) dia ini macam Majin Buu
aja yang ada di Dragon Ball. Dan satunya tentunya sang gubernur.
Kenapa saya bilang 2014 dipenuhi oleh pengkhianat bangsa? Karena
menurut pendapat saya, pejabat yang masih dalam masa tugas lalu mencalonkan
diri jadi presiden adalah pengkhianat, karena untuk kampanye mereka mengajukan
cuti, artinya mereka nggak ngurusin rakyat. Jadi, apa pantas mereka dipilih?
Bagaimana saya bisa percaya mereka akan ngurusin rakyat kalo
mereka memilih cuti untuk jadi jurkam atau capres? Bagaimana bisa percaya orang
bisa ngurus negara sementara ngurus perusahaannya saja nggak bisa?
Bagaimana saya bisa percaya kepada orang yang hanya minta
maaf terhadap apa yang dilakukan anak buahnya di masa lalu?
Saya pun tidak respek dengan pemerintahan sekarang, tapi
bagaimana saya bisa percaya berita di media, ketika pemilik medianya ikutan
mencalonkan diri sebagai preiden?
Jokowi adalah seorang Gubernur, Gubernur membuat kebijakan, dia
ngurusin semua warga, sementara partai ngurusin dirinya sendiri. Tapi ketua partai
seenaknya nyuruh seorang gubernur mencalonan diri jadi presiden. ini kan aneh,
pemimpin provinsi, pembuat kebijakan kok bisa disuruh-suruh sama partai? Ini yang
pemerintah siapa? Pantas aja kalo negara nggak maju, sistemnya aja model begini.
Terus gimana saya bisa percaya sama dia?
Dan sontak media ramai membicarakan soal ini, media sosial
riuh dengan berbgai peperangan antata pendukung dan pembenci, beragam teori
konspirasi bermunculan. Saya pun tidak lagi respect kepda belau, bukan karena
dia boneka atau gila jabatan, tapi pengkhianat bangsa.
Lalu bermunculan pernyataan bahkan petisi ajakan golput. Apakah
saya akan golput? Tidak! Kenapa? Karena kalo saya nggak nyoblos, berarti ada
satu surat suara nganggur dan bisa digunakan untuk kepentingan kandidat
tertentu, enak aja, mending saya rusak aja surat suaranya biar nggak sah.
Tapi saya akan memilih, pilih siapa? Ini sulit, ini adalah
masalah memilih yang terbaik dari yang buruk, pilihan sulit. Saya akan memilih sang
gubernur, sulit memang, seperti menjilat ludah sendiri, tapi dibanding harus
memilih orang orde baru atau pengusaha demolition man, saya pilih gubernur. kecuali
kalo hasil konvensi memunculkan nama yang sesuai harapan.
Bagaimana dengan caleg lain? Sederhana, nggak ada yang
kenal, jadi kemungkinannya ada 2, pilih artis, karena nggak semua artis nggak
bisa kerj, tapi bukan berarti saya akan memilih model majalah dewasa juga,
apalagi pemilik tas puluhan juta. Atau rusak lagi surat suaranya
Semua keriuhan ini saya tidak pahami. Karena sebenarnya seserhana,
kendali ada di tangan kita. Kalo nggak suka nonton yks tinggal ganti channel,
selesai urusan. Nggak suka sama capres tertentu, ya jangan dipilih. Simple kan?
Pemberitaan berlebihan, hanya akan menaikkan publisitas secara gratis, walaupun
tidak menaikkan elektabilitas juga *asik
Tapiiiii, ini hanya opini, tulisan (ketikan di atas) masih berantakan. Pencerahan akan selalu dicari.
Semakin berkembang jaman, manusia semakin cerdas, harusnya
sih…
No comments:
Post a Comment